Hambasurga - “Keluarga adalah cermin kecil dari sebuah gambaran masyarakat
global. Seorang ayah yang mampu menjadikan keluarganya sakinah, mawadah, dan penuh rahmah, maka ia akan berpotensi membangun kemakmuran dan kejayaan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.”
Peran seorang ayah dalam keluarga adalah menjadi kepala rumah tangga. Selain mencari nafkah, ia juga wajib memenuhi kebutuhan lahir dan batin istri dan anak-anaknya. Meski sebagai pemegang kendali dalam keluarga, bukan berarti seorang ayah bebas tunjuk sana tunjuk sini agar di patuhi anggota keluarga. Selama tidak melanggar aturan Allah dan rasul-Nya, ayah berhak untuk ditaati anggota keluarga.
Rasulullah saw, adalah sosok seorang ayah yang pantas menjadi teladan umatnya. Meski sebagai kepala keluarga, beliau bukanlah sosok yang otoriter. Beliau biasa membantu istrinya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Itulah yang membuat beliau bahagia. Katanya,”Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap istri (keluarga). Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri (keluarga)ku.’’
Anas ibn Malik r.a. berkisah,”Kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Rasulullah saw. Menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang unta Shafiyyah (istri beliau). Kemudian beliau duduk disamping untanya sambil menegakan lutut beliau
sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.”
Riwayat di atas menunjukkan betapa Rasulullah saw, memperlakukan istri nya sebagai permaisuri. Tatkala ada salah seorang istrinya yang ingin meminta cerai pun, beliau dengan bijaksana dalam mengambil keputusan. Sawdah binti Zam’ah r.a yang sudah tua dan tidak lagi menawan merasa bahwa jatahnya dari hati Rasulullah saw hanya rasa kasihan, bukan cinta. Rasulullah saw, pun berpikir untuk menceraikan Sawdah dengan cara baik-baik guna membebaskannya dari beban yang memberatkan hatinya.
Bukan hanya itu, saat di rumah pun beliau membantu istrinya untuk melakukan pekerjaannya. Beliau menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti halnya orang lain mengerjakanny. Sahabat Al-Aswa r.a bertanya kepada Aisyah r.a apa yang dikerjakan Rasulullah saw. Bila ada di rumah?
Aisyah menjawab,”Ia membantu istrinya, hingga apabila datang waktu shalat, maka ditinggalkannya apa yang dikerjakan. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri apa yang diperlukan.”
Meski beliau sibuk dengan kegiatan dakwah tapi beliau mampu menjaga keharmonisan dalam keluarganya. Meski sebagai pemimpin beliau tidak superior dan otoriter. Bagi beliau, keluarga adalah cermin kecil dari sebuah gambaran masyarakat global. Seorang ayah yang mampu menjadikan keluarganya sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah, maka ia berpotensi membangun kemakmuran dan kejayaan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Berbeda dengan suami yang super sibuk dan tidak peduli lagi dengan keluarganya. Ada suami yang gampang marah dan bertindak kasar hanya karena terlambat disiapkan makan. Marah besar karena istrinya lupa menyediakan secangkir kopi. Melempar piring jika istrinya terlambat pulang. Memukul istri jika tidak menuruti kehendaknya meski salah. Tidak sedikit pula suami yang membebani tugas kepada istrinya di luar kemampuannya dengan alasan kewajiban istri. [reportaseterkini.net]