Hambasurga - Gadget adalah sesuatu yang nyaris tak bisa dihindari di masa teknologi seperti sekarang ini.
Hampir di semua jenjang usia saat ini sudah mengenal gadget bahkan tak bisa lepas darinya, termasuk anak-anak.
Berikut ini merupakah kisah nyata dari seseorang wanita yang anaknya kecanduan gadget pada umur yang masih sangat muda.
Kisah tersebut di posting pada halaman Facebook Status Berkesan serta jadi pelajaran utama untuk para orangtua.
Berikut merupakan kisahnya :
Awal perjumpaan dengan gadget pas Shafraan usia 10 bulan. Awalnya terbiasa liat kakak kakaknya main game di tab.
Dari sebatas jadi pemirsa lama kelamaan dia jadi tertarik untuk coba.
Seiring bertambahnya umur gadget adalah barang yg tidak bisa terpisahkan dlm kesehariannya.
Bermain berbagai jenis game dapat hingga berjam2 bahkan game seperti lagu nina bobo buat dia.
Pokoknya main game dulu baru dapat tidur. Serta itu berlangsung setiap hari.
Awalnya saya membiarkan. Saya memberikan. Saya memfasilitasi.
Karena untuk saya gadget adalah senjata ampuh saya untuk menenangkan dia.
Saat dia geram serta menangis saya pastinya akan membujuknya dengan bermain game.
Dan memanglah dia akan segera tenang.
Di umurnya yg ke 2 th. sebenarnya saya telah melihat tanda tanda ke’kaku’an dari langkahnya berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Contohnya saja bagaimana dia merespon permainan manual (mobil2an, pesawat, serta jenis permainan lain yg dia punya).
Pernah sekali saya merasakan dia cuma memegang mobil2annya sembari diam saja.
Tidak ada gerakan seperti seorang anak laki2 yg diberi mobil2an yg tentu telah memainkannya sembari mengikuti nada mobil. Dia kebingungan tebak saya.
Lantaran sampai kini dia cuma punya kebiasaan menggerakkan jari2nya mengikuti alur permainan dari dalam gadgetnya.
Keanehan yang lain dan yg paling mengkhawatirkan yaitu kurangnya kosa kata yg dapat dia katakan. Padahal anak2 seumuran dia seharusnya telah dapat berbicara dgn kosa kata yg lebih variatif
Dalam hati saya telah was was…khawatir dengan perubahan anak lelaki satu-satunya saya.
Pernah konsultasi dengan dokter anak tentang adakah jalinan pada kisah alergi tinggi yg di derita Shafraan dengan kondisinya ini.
Dan jawabannya yaitu tidak ada. Besar kemungkinan pengaruhnya yaitu kurangnya hubungan dari orang-tua serta anggota keluarga yg kurang berkomunikasi/menstimulasi Shafraanagar memperbanyak kosa
tuturnya.
Serta hati kecil saya berbisik…gadget-lah penyebabnya.
Sejak waktu itu saya mulai membatasi penggunaan gadget di rumah.
Seringkali saya harus kewalahan menghadapi tantrumnya Shafraankrn saya berkeras tidak memberi gadget ke dia.
Dia ngamuk, nangis, melempar semuanya barang ke arah saya serta siapapun yg ada di dekatnya termasuk juga kakak2nya.
Dia sulit makan, sulit tidur serta rewel. Begitu rewel.
Itu berjalan sekitar 3 hari. Serta pada akhirnya kasihan.
Tersebut argumen pada akhirnya saya memberi lagi gadget ke dia. Serta kondisi tempat tinggal jadi tenang kembali.
Puncaknya sekitaran 2 bln. yg lantas saya ke RS buat imunisasi si debay Raisha.
Ketemu sama dokter di bagian tumbuh kembang anak yg komunikatif sekali. Semua persoalan kami konsultasikan termasuk juga bertanya mengenai keadaan Shafraan.
Akhirnya dokter coba mengetes motorik halusnya. D an akhirnya semua stimulator bisa Shafraan buat serta pertanyaan dari dokter dapat dia jawab meskipun kata2nya belum terlalu jelas.
Alhamdulillah bermakna Shafraan normal2 saja. Mungkin cuma permasalahan saat saja hingga dia dapat bicara dgn terang krn setahu saya anak laki2 memanglah agak lambat bab masalah bicara di banding anak wanita. Demikian fikir saya.
Namun nyatanya dokter miliki diagnosis lain. Menurut dokter Shafraansekarang dalam keadaan Speech Delay atau keterlambatan bicara.
Tak tanggung2 perkembangan bicara Shafraan terlambat 1 th. dari umurnya yg sudah 3 th. 4 bulan waktu itu.
Dokter menganjurkan agar Shafraan ikut Terapi Okupasi/Sensori Integrasi untuk merangsang kekuatan bahasa serta kosa tuturnya. Setelah itu baru dilanjutkan ke Terapi Wicara.
Ya Allah…pernyataan dari dokter itu seperti guntur disiang bolong.
Baru saya sadar sayalah penyebab Shafraan jadi begini. Saya tidak ingin direpotkan dgn nada tangisan/rengekannya.
Saya tidak mau lihat rumah berantakan krn mainannya. Saya tidak ingin repot. Saya tidak mau capek. Saya EGOIS.
Tersebut kekeliruan paling besar saya sebagai seseorang ibu. Serta baru saat ini mata saya terbuka lebar mengenai keadaan anak saya.
Bagaimana dapat saya tidak perduli pada hal semacam ini selama bertahun2? Bagaimana dapat saya menyia-nyiakan masa2 emas pertumbuhannya dgn menyibukkannya dengan gadget yg terang jelas tak ada gunanya selain kesenangan sementara?
Menyesal. Sangat menyesal.
Saya hanya berbagi pengalaman saja. Jangan sampai apa yg terjadi pada Shafraan terjadi pada anak2 lain.
Save our children from gadget. Biarkan mereka menikmati golden age mereka dgn langkah alami krn belum waktunya mereka bersentuhan dgn canggihnya teknologi. (*)